PENGANTAR TAFSIR TARBIYAH


KONSEP AYAT TARBIYAH
(PENGANTAR)

 


Al Qur’an adalah sumber pokok ajaran islam. Segala hal yang berkaitan dengan ajaran islam bersumber dari sumber pokok tersebut.  Ini berarti bahwa segala aspek kehidupan manusia termaktub dalam ajaran Islam baik berkaitan dengan masyarakat, budaya dan tidak terkecuali aspek pendidikan (ilmu pengetahuan& teknologi ). Dalam Surat Al-An’am ayat 38 disebutkan:

$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u šcrçŽ|³øtä ÇÌÑÈ  
Artinya:
Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran sehingga berarti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. Berdasarkan salah satu arti alkitab di atas yaitu AL-Qur’an, maka $uZôÛ§sù $¨B dalam ayat di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya segala hal yang diperlukan manusia sudah termaktub dalam Al-Qur’an walaupun penyebutannya masih bersifat global.

Berkaitan dengan pendidikan, Al-Qur’an memang tidak secara rinci (tafshiily) membahas tentang aspek pendidikan, namun konsep-konsep dasar pendidikan islam termuat dalam al-Qur’an ataupun Hadits Nabi. Hal ini dapat disimak dari ayat  Al-Qur’an ataupun hadits Nabi yang tidak menyebut secara elaboratif pengertian pendidikan, pengertian siswa, pengertian metode, tujuan pembelajaran ataupun lingkungan pendidikan. Namun, jika dikaji secara mendalam, semua aspek yang disebutkan di atas terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi secara global (ijmaly). Di sanalah tugas kaum muslim untuk mengkaji ajarannya agar selalu menjadi petunjuk dalam segala aspek hidup dan kehidupannya, termasuk dalam aspek pendidikan.
                Selanjutnya, secara sederhana ayat tarbiyah bisa dipahami sebagai ayat yang berbicara tentang pendidikan.  Sedangkan tafsir tarbiyah adalah tafsir dalam perspektif pendidikan. Ini berarti ayat tarbiyah berisikan firman-firman Allah yang berkaitan dengan aspek pendidikan.         Di sini muncul persoalan, mengapa ada Mata Kuliah ayat tarbiyah?. Bukankah semua firman Allah SWT mengandung nilai pendidikan kepada manusia?. Di sinilah pemahaman konsep tarbiyah dalam susunan idlofat (mudlaf dan mudlaafun ilaih) kata “ayatu al-tarbiyati” atau tafsiru al-tarbiyati  dipertegas terlebih dahulu.
  1. Jika tarbiyah yang dimaksud adalah nilai-nilai edukatif yang termaktub dalam al-Qur’an, maka semua ayat al-Qur’an mengandung nilai tarbiyah.  Dalam hal ini semua tafsir al-Qur’an bisa digunakan dan dijadikan bahan pendidikan (pelajaran) bagi setiap orang yang memahami pendidikan melalui tafsir al-Qur’an.
  2. Selanjutnya, jika kata tarbiyah dalam susunan “ayatu al-tarbiyah” di atas dipahami sebagai sebuah perspektif atau sudut pandang dalam menafsirkan al-Qur’an maka diperlukan corak tafsir yang mengedepankan sisi-sisi pendidikan sebagai sebuah system. System Pendidikan yang dimaksud adalah konsep pendidikan dalam al-Qur’an, subyek pendidikan (manusia: pendidik dan peserta didik) dalam al-Qur’an, metode serta tujuan pendidikan dalam perspektif al-Qur’an. Pemahaman terhadap komponen pendidikan tersebut (misalnya) dikaji secara tematik lalu dicari ayat al-Qur’an semakna dan yang relevan dan selanjutnya diinterpretasikan. Sekali lagi, interpretasi tersebut dalam konteks pendidikan. “Mungkin” inilah yang dimaksud dengan kajian ayat-ayat atau tafsir tarbiyah. Kata “mungkin” di sini untuk tidak melegitimasi satu-satunya pemahaman tentang ayat atau tafsir tarbiyah. Karena tidak menutup kemungkinan terdapat aneka ragam pemahaman tentang konsep ayat atau tafsir tarbiyah ini.
Di antara bukti yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pemahaman tentang konten ayat atau tafsir tarbiyah ini adalah:
a.        perbedaan materi yang disampaikan oleh dosen satu dengan lainnya dalam menafsirkan konten atau isi ayat/tafsir tarbiyah ini. Hal ini diketahui baik dari hasil diskusi dengan dosen yang mengampu mata kuliah ini ataupun dari telaah pustaka tentang buku-buku atau modul yang mengkaji ayat tarbiyah serta referensi sekunder seperti lewat internet.
b.      Model penafsiran juga ikut mewarnai konten atau isi ayat atau tafsir tarbiyah, ada yang menggunakan tafsir tahlili (analisis), ijmaly (global) dan ada yang maudlu’i (tematik)
Di sini mungkin berlaku ungkapan yang mengatakan bahwa dalam tafsir tarbiyah tidak ada konten yang baku yang ada hanyalah pembakuan. Bahkan tidak jarang Dosen menyusun materi ayat tarbiyah berdasarkan kebutuhan yang relevan dengan mahasiswa. Sedangkan model kajian ayat tarbiyah dalam buku ini difokuskan pada tafsir/ayat tarbiyah tentang komponen-komponen dalam system pendidikan yaitu guru-siswa, metode, materi dan tujuan pendidikan.
 Komponen-komponen itulah yang selanjutnya disebut sistem dalam pendidikan. Sistem bukan hanya sebatas cara, tetapi seluruh komponen penunjang jalannya pembelajaran yang diinginkan. Sistem berasal dari bahasa inggris (system) yang secara etimologis bermakna cara. Sering terdengar ungkapan seperti: sistem berfikirnya sempit, ini bermakna bahwa cara berfikirnya sempit. Sistem mengetik sepuluh jari, maksudnya cara mengetik dengan sepuluh jari. Sedangkan sistem secara terminologis bermakna seluruh elemen, komponen yang terorganisir secara sistematis, bekerja sama dan tidak terpisahkan dalam mencapai tujuan.  Dengan demikian, sistem merupakan seluruh kumpulan dari beberapa bagian (whole compound of several parts). Dalam konteks pendidikan, sistem pendidikan (educational system) adalah seluruh komponen atau elemen (unsur) yang berkaitan satu sama lain dan bekerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pemahaman itulah fokus kajian buku ini adalah:
1.        Konsep pendidikan dalam al-Qur’an
2.       Anjuran/Motivasi menuntut ilmu dalam Al-Qur’an
3.       Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an
4.      Cara memperoleh ilmu dan sumber ilmu dalam Al-Qur’an
5.       Materi pendidikan dalam Al-Qur’an
6.       Lingkungan Pendidikan dalam Al-Qur’an
Namun, walaupun kajian ini adalah perspektif Al-Qur’an, bukan berarti menafikan pendapat atau perspektif lain. Sebagai bahan komparasi, selain perspektif Al-Qur’an, dalam buku ini diberikan pula penjelasan yang berkaitan dengan pendidikan walaupun tidak langsung menggunakan tafsir Al-Qur’an.
Selanjutnya, buku ini ditujukan bagi mahasiswa/mahasiswi fakultas Tarbiyah pada khususnya serta bagi setiap yang berminat untuk mengkaji atau sebagai bahan komparasi dalam kajian pendidikan islam pada umumnya. Tulisan ini dirasa sangat jauh dari sempurna, kritik konstruktif sangat dibutuhkan demi perbaikan buku ini selanjutnya. Paparan di atas mungkin terlalu singkat dan sederhana, namun dari kesederhanaan itulah diharapkan akan bermunculan kajian yang lebih mendalam dan menukik pada ayat-ayat pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Akhirnya, berdasarkan kaidah ushul yang mengatakan “ma la yudraku kulluhu, la yutraku kulluhu”, maka semoga ikhtiyar sederhana ini bisa jadi kajian untuk menambah wawasan ataupun untuk dikritisi demi perbaikan edisi selanjutnya. Allahu a’lamu 
                                                                                                                Golong-Narmada 26 Juni  20012

                                                                                                                Mohamad Iwan fitriani, M.Pd